Zero-Sum Game: Menang atau Kalah? Ini Cara Kerjanya

Crevalen Crevalen
8 menit baca
Zero-Sum Game: Menang atau Kalah? Ini Cara Kerjanya

Bulan lalu, saat saya menghadiri reuni kecil dengan beberapa teman lama, ada satu momen yang begitu membekas. Dua sahabat saya, sebut saja Budi dan Rian, bercerita tentang pencapaian karier mereka. Keduanya bekerja di industri yang sama, bahkan sempat menjadi rival di awal karier. Ketika Rian bercerita tentang promosinya yang gemilang, saya bisa melihat secercah kekecewaan di mata Budi, meskipun ia berusaha tersenyum dan memberi selamat. Seolah-olah, kesuksesan Rian adalah sepotong kue yang hilang dari piringnya. Inilah esensi dari sebuah zero-sum game, sebuah konsep yang diam-diam mengatur banyak aspek kehidupan kita tanpa kita sadari.

Pernahkah Anda merasa seperti itu? Merasa bahwa kemenangan orang lain adalah kekalahan Anda? Atau dalam sebuah negosiasi, Anda berpikir satu-satunya cara untuk menang adalah dengan membuat pihak lain rugi? Jika ya, Anda tidak sendirian. Yuk, kita telusuri bersama mengapa pola pikir ini begitu menjebak dan bagaimana kita bisa keluar darinya.

Apa Itu Zero-Sum Game? Definisi Sederhana di Balik Konsep Rumit

Bayangkan Anda dan seorang teman memesan satu loyang pizza yang terbagi menjadi delapan potong. Setiap potong yang Anda ambil, berarti teman Anda mendapat lebih sedikit. Jika Anda makan lima potong, teman Anda hanya kebagian tiga. Totalnya tetap delapan. Tidak ada pizza tambahan yang muncul secara ajaib. Keuntungan Anda (+5) adalah kerugian teman Anda (−5), dan jika dijumlahkan, hasilnya nol.

Itulah analogi paling sederhana untuk menjelaskan apa itu zero-sum game. Secara formal, menurut Investopedia, ini adalah situasi di mana keuntungan satu pihak setara dengan kerugian pihak lain. Sumber daya yang diperebutkan bersifat tetap, terbatas, dan tidak bisa bertambah. Kemenangan satu orang mutlak dibayar oleh kekalahan orang lain.

Contoh klasiknya adalah permainan seperti catur atau poker. Dalam catur, hanya ada satu pemenang. Tidak ada skenario di mana kedua pemain bisa menang secara bersamaan. Kemenangan si Putih adalah kekalahan si Hitam. Begitu juga dalam poker, uang yang dimenangkan oleh satu pemain berasal langsung dari kantong pemain lain yang kalah di meja yang sama.

Zero-sum game adalah sebuah situasi di mana keuntungan yang didapatkan oleh satu pihak setara dengan kerugian yang dialami oleh pihak lain, karena sumber daya yang diperebutkan bersifat tetap dan terbatas.

 

Bagaimana Cara Kerja Zero-Sum Game dalam Kehidupan Nyata?

Konsep ini tidak hanya ada di atas papan catur atau meja judi. Pola pikir ini meresap ke dalam banyak skenario sehari-hari, sering kali tanpa kita sadari.

  • Promosi Jabatan: Jika ada satu posisi manajer yang kosong dan dua kandidat yang sama kuat bersaing, maka ini adalah zero-sum game klasik. Hanya satu yang bisa mendapatkan posisi itu; yang lain tidak.

  • Negosiasi Harga: Saat tawar-menawar harga mobil bekas, setiap seribu rupiah yang berhasil Anda potong dari harga penjual adalah kerugian bagi mereka, dan sebaliknya. "Kue" yang diperebutkan adalah selisih harga.

  • Pasar Saham (Jangka Pendek): Dalam perdagangan derivatif atau day trading, keuntungan seorang trader sering kali merupakan kerugian trader lain dalam transaksi yang sama di waktu yang sangat singkat.

Masalahnya, kita sering kali salah menerapkan logika ini pada situasi yang sebenarnya tidak terbatas. Inilah yang disebut "jebakan mental zero-sum."

Jebakan Mental: Mengapa Kita Terobsesi dengan Kemenangan Orang Lain?

Sebagai jurnalis, saya pernah meliput kisah dua startup teknologi yang bersaing ketat. Alih-alih berkolaborasi, mereka menghabiskan jutaan dolar untuk saling menjatuhkan, mencuri talenta, dan perang harga. Mereka melihat pasar sebagai satu loyang pizza yang tetap. Akhirnya? Keduanya kehabisan dana dan diakuisisi dengan harga murah oleh perusahaan raksasa dari luar negeri. Mereka terlalu fokus pada "mengalahkan" satu sama lain sehingga lupa bahwa mereka bisa "memperbesar kue" bersama.

Ini terjadi karena otak kita secara alami cenderung menyederhanakan masalah. Berbagai studi psikologi kognitif menunjukkan bahwa kita memiliki bias untuk melihat kompetisi sebagai permainan menang-kalah. Ini mungkin sisa-sisa evolusi di mana sumber daya seperti makanan dan tempat berlindung benar-benar terbatas.

Bukan Cuma Kalah-Menang: Mengenal Non-Zero-Sum Game (Win-Win Solution)

Sekarang, mari kita bicara tentang skenario yang jauh lebih menarik dan produktif: non-zero-sum game atau positive-sum game. Di sini, "kue"-nya bisa bertambah besar.

Dalam situasi ini, kemenangan satu pihak tidak harus berarti kekalahan pihak lain. Bahkan, semua pihak bisa sama-sama menang (win-win) atau sama-sama kalah (lose-lose). Konsep ini, yang dipopulerkan oleh ahli matematika John von Neumann dan Oskar Morgenstern dalam "Theory of Games and Economic Behavior," adalah fondasi dari hampir semua kemajuan ekonomi dan sosial.

Contohnya melimpah:

  • Perdagangan Internasional: Ketika Indonesia menjual CPO ke Eropa dan membeli mesin dari Jerman, kedua negara mendapatkan sesuatu yang mereka butuhkan. Ekonomi keduanya bertumbuh. Kue pai global menjadi lebih besar.

  • Kolaborasi Tim: Saat tim Anda bekerja sama dalam sebuah proyek, ide-ide yang dilemparkan akan saling membangun. Hasil akhirnya jauh lebih baik daripada jika setiap anggota bekerja sendiri-sendiri. 1 + 1 bisa menjadi 3.

  • Pendidikan: Ketika seorang guru membagikan ilmunya kepada murid, sang guru tidak kehilangan pengetahuannya. Sebaliknya, pengetahuan itu berlipat ganda dan menciptakan generasi yang lebih cerdas.

Melihat dunia melalui lensa positive-sum game membuka peluang untuk inovasi, kolaborasi, dan pertumbuhan bersama. Ini adalah tentang menciptakan nilai baru, bukan sekadar merebut nilai yang sudah ada.

Apakah Bitcoin Sebuah Zero-Sum Game?

Salah satu pertanyaan yang sering saya dapatkan adalah tentang aset digital. Apakah Bitcoin zero-sum game? Jawabannya kompleks dan memicu perdebatan sengit.

  • Argumen "Ya, Itu Zero-Sum": Kubu ini, yang sering diisi oleh ekonom tradisional seperti ekonom pemenang Nobel, Paul Krugman, berpendapat bahwa Bitcoin tidak menghasilkan nilai intrinsik. Ia tidak menghasilkan pendapatan, tidak membayar dividen, dan tidak menciptakan produk atau layanan baru. Nilainya murni berasal dari apa yang orang lain bersedia bayar untuk itu (Tinkerbell effect). Oleh karena itu, keuntungan yang didapat oleh seorang investor yang menjual di harga tinggi secara teoretis berasal dari "kerugian" (atau potensi keuntungan yang hilang) dari orang yang membeli atau tidak menjual pada waktu yang sama. Dalam skala mikro, setiap transaksi jual beli adalah zero-sum.

  • Argumen "Tidak, Itu Positive-Sum": Di sisi lain, para pendukung kripto berpendapat bahwa melihatnya per transaksi itu picik. Mereka melihat keseluruhan ekosistem Bitcoin sebagai positive-sum game. Mengapa? Karena seiring adopsi meningkat, kepercayaan tumbuh, dan teknologi berkembang, "kue" itu sendiri yaitu total kapitalisasi pasar bisa membesar secara eksponensial. Orang yang membeli di tahun 2015 dan menjual di 2021 bisa sama-sama untung dengan orang yang membeli di 2020 dan menjual di 2024, selama nilai jaringan secara keseluruhan terus bertambah. Mereka tidak merebut nilai dari satu sama lain, tetapi berpartisipasi dalam jaringan yang nilainya sedang tumbuh.

Pandangan saya? Keduanya punya poin valid. Pada level transaksi harian, ia punya elemen zero-sum yang kuat. Namun, pada skala makro dan jangka panjang, potensinya sebagai jaringan global yang menciptakan nilai baru (seperti sistem pembayaran alternatif atau penyimpan nilai) membuatnya lebih condong ke arah positive-sum game. Ini adalah contoh sempurna bagaimana sebuah konsep bisa dilihat dari dua sisi yang berbeda.

Tiga Langkah Praktis: Cara Keluar dari Pola Pikir Zero-Sum Game

Sekarang, bagaimana cara saya menerapkannya? Ini dia tiga langkah praktis untuk mulai membangun pola pikir bertumbuh (growth mindset) dan melepaskan diri dari jebakan zero-sum.

  1. Identifikasi Jebakannya: Mulailah dengan kesadaran diri. Saat Anda merasa iri dengan kesuksesan teman, atau saat Anda masuk ke sebuah negosiasi dengan mental "harus menang telak", berhenti sejenak. Tanyakan pada diri sendiri: "Apakah sumber daya di sini benar-benar terbatas? Apakah ini pizza dengan delapan potong, atau adonan yang bisa kita buat lebih besar bersama?"

  2. Ubah Bingkai Pertanyaan (Reframe): Alih-alih bertanya, "Bagaimana saya bisa mendapatkan bagian yang lebih besar?", mulailah bertanya, "Bagaimana kita bisa membuat kue ini lebih besar?" Dalam negosiasi bisnis, ini bisa berarti mencari area kolaborasi baru. Dalam persaingan karier, ini bisa berarti saling berbagi ilmu untuk meningkatkan kompetensi seluruh tim.

  3. Fokus pada Penciptaan Nilai: Geser fokus Anda dari "mengambil" menjadi "memberi" atau "menciptakan". Dalam karier, fokuslah untuk menjadi sangat berharga sehingga perusahaan menciptakan peran baru untuk Anda. Dalam investasi, carilah aset yang menciptakan nilai baru (seperti saham perusahaan inovatif) daripada hanya berspekulasi. Ini adalah inti dari psikologi di balik keputusan investasi yang sehat.

 

Kesimpulan: Memilih Papan Catur yang Tepat

Kembali ke cerita Budi dan Rian di awal. Setelah obrolan kami, saya menantang Budi untuk melihatnya dari sudut pandang lain. Mungkin promosi Rian membuka pintu bagi Budi untuk berkolaborasi dalam proyek lintas-departemen yang lebih besar. Mungkin kesuksesan Rian adalah bukti bahwa orang dari latar belakang seperti mereka bisa sukses di perusahaan itu sebuah validasi.

Hidup ini bukanlah satu zero-sum game yang panjang. Ia adalah rangkaian dari berbagai permainan. Beberapa memang zero-sum, seperti saat memperebutkan kursi terakhir di kereta. Namun, sebagian besar area terpenting dalam hidup pengetahuan, cinta, kebahagiaan, dan kemakmuran sejati adalah positive-sum game.

Saya berharap, setelah obrolan kita ini, Anda bisa lebih jeli dalam memilih permainan mana yang ingin Anda mainkan. Berhentilah mencoba merebut potongan pizza terbesar dari orang lain, dan mulailah mengajak mereka untuk memanggang kue yang lebih besar bersama. Karena pada akhirnya, kemenangan yang paling memuaskan bukanlah yang diraih di atas kekalahan orang lain, tetapi yang dirayakan bersama.

Bagaimana menurut Anda? Pernahkah Anda terjebak dalam pola pikir ini? Silakan tinggalkan komentar di bawah, saya senang sekali bisa berdiskusi lebih lanjut. Bagikan artikel ini jika Anda merasa bermanfaat!

0 Komentar

Jadilah yang pertama berkomentar!

Tinggalkan Komentar

Blogarama - Blog Directory